Powered By Blogger

Kamis, 21 April 2011

Perjalanan Konflik Pemekaran Mamasa

April 2002 Pemerintah mengesahkan UU Nomor 11 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Mamasa. Penduduk tiga kecamatan (Aralle, Tabulahan, dan Mambi) terbelah. Sebagian menolak bergabung dengan Mamasa dan memilih tetap menjadi bagian dari Kabupaten Polmas (Polewali Mamasa) sebagai kabupaten induk. Sebagian lagi menerima Mamasa.
16 September 2003 Sekitar 200 penduduk antipemekaran di tiga kecamatan yang bersengketa berunjuk rasa ke Kantor Gubernur Sulawesi Selatan di Makassar. Mereka meminta pemerintah merevisi UU No. 11/2002.
28 September 2003 Tiga penduduk di Sarulinduk, Kecamatan Aralle, tewas dianiaya warga yang diduga dari kelompok penyokong pembentukan Mamasa.
2 Oktober 2003 Terjadi gelombang pengungsian pertama. Sekitar 1.000 penduduk Desa Lakahang dan Desa Lakahang Rea, Kecamatan Tabulahan, mengungsi ke Kabupaten Mamuju.
6 Oktober 2003 Pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Polmas, Kabupaten Mamasa, dan tokoh agama menghasilkan kesepakatan damai. Mereka akan memberikan hak bagi masyarakat di tiga kecamatan untuk memilih bergabung atau tidak dengan Mamasa.
23 Juli 2004 Terjadi pemblokiran jalan dan sweeping oleh masyarakat di perbatasan Mamasa dan Polmas.
1 Agustus 2004 Penduduk Polewali membalas dengan memblokade jalan yang menghubungkan Kabupaten Polewali dan Mamasa. Tindakan ini melumpuhkan aktivitas di wilayah tersebut.
3 Agustus 2004 Para pejabat Provinsi Sulawesi Selatan, termasuk Bupati Polmas dan Mamasa, menandatangani nota kesepakatan dalam pertemuan di rumah dinas gubernur. Mereka sepakat membuka pemblokiran jalan, dan para pejabat di Mamasa dan Polmas akan proaktif mengendalikan situasi di wilayah masing-masing.
22 September 2004 DPR RI menyetujui Rancangan Undang-Undang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat.
16 Oktober 2004 Pemerintah meresmikan Provinsi Sulawesi Barat. Situasi yang mulai tenang dalam dua bulan terakhir kembali memanas. Kerusuhan diawali provokasi kelompok pendukung Mamasa yang memasang spanduk di wilayah yang menolak Mamasa. Sebanyak 47 rumah terbakar, tiga orang tewas, dan ribuan warga mengungsi.
*  Sumber :Tempo Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar